Archive for Juni, 2010

Bubur Manado


Cita rasa khas hidangan Manado memang lezat, seperti resep bubur Manado ini. Tidak terkecuali oleh Anda yang sedang menyusui. Bila perlu, kurangi saja rasa pedasnya. Sudah sedap, sehat pula !

Bahan:

  • 250 g beras, cuci, tiriskan
  • 1500 ml air
  • 10 cm serai, memarkan
  • 1 1/2 sdt garam halus
  • 200 g jagung segar dengan bonggol, pipil
  • 100 g ubi jalar, kupas, potong dadu ukuran 2x2x2 cm
  • 75 g daun bayam
  • 75 g daun kangkung
  • 30 helai daun kemangi untuk taburan
  • 100 g ikan asin (gabus/jambal roti), potong sesuai selera, goreng, tiriskan
Sambal tomat
  • 3 buah cabai merah, buang bijinya, iris 12; cm
  • 4 buah cabai rawit
  • 4 butir bawang merah, iris tipis
  • 2 buah tomat, iris persegi 1x1x1 cm
  • 1 sdt trasi yang sudah dipanggang dan dihaluskan
  • 1 sdt garam halus
  • 2 sdt perasan jeruk nipis
Cara membuat:
  • Masukkan beras ke dalam panci. Tuang air dan bubuhkan serai serta garam. Aduk hingga rata.
  • Setelah mendidih, masukkan jagung dan ubi jalar. Masak sampai kedua bahan tersebut empuk.
  • Tambahkan daun bayam dan daun kangkung. Masak dan aduk sampai semua bahan matang (kurang lebih 10 menit). Angkat.
  • Pindahkan bubur ke dalam mangkuk saji.
  • Taburi atasnya dengan daun kemangi.
  • Hidangkan panas-panas dengan ikan asin goreng dan sambal tomat.
  • Sambat tomat: campur semua bahan menjadi satu.
  • Catatan : lebih sedap ditambah sedikit minyak bekas menggoreng ikan asin.
Untuk 6 orang

Sumber: http://www.ayahbunda.co.id

Udang Bungkus


BAHAN:
175 g udang kupas
1/4 sdt soda kue
100 g daging dada ayam tanpa tulang, cincang
1/4 sdt merica bubuk
1/2 sdt kaldu ayam bubuk, siap pakai
1 sdt minyak wijen
1/2 sdt gula pasir
3 sdm tepung sagu
1/2 sdt bawang daun cincang
40 ml putih telur ayam (dari 1 butir telur ayam), kocok
1 lembar kulit gohyong, potong ukuran 12 x 12 cm, rendam hingga tak terlalu asin *)
12 buah telur puyuh, rebus, kupas
Benang katun untuk mengikat
Minyak untuk menggoreng

Salad:
150 g wortel, kupas, serut halus, remas dengan 1/2 sdt garam hingga lemas
100 g lobak, kupas, serut halus, remas dengan 1/2 sdt garam hingga lemas
Saus, aduk rata:
200 ml mayones
1 sdt gula pasir
1 sdt air jeruk nipis
4 sdm saus tomat

Pelengkap:
Nasi putih, cetak dengan mangkuk kecil

CARA MEMBUAT:

  • Campur udang dan soda kue, diamkan selama 10 menit. Tiriskan, cincang kasar.
  • Campur udang, ayam cincang, merica, kaldu ayam bubuk, minyak wijen, gula, 1 sdm tepung sagu, dan bawang daun. Aduk rata. Tambahkan putih telur. Aduk hingga rata.
  • Penyelesaian: Ambil selembar kulit gohyong, isi dengan 1/2 sdm adonan udang, beri 1 butir telur puyuh rebus, bungkus hingga berbentuk bulat, ikat bagian atasnya dengan tali.
  • Kukus 10 menit dalam dandang panas. Angkat, biarkan agak dingin.
  • Panaskan minyak, goreng hingga matang. Angkat, lepaskan talinya.
  • Sajikan bersama salad, saus, dan nasi.

*) Kulit gohyong: Kembang tahu basah berbentuk lembaran, biasa dipakai membungkus ngohiong (makanan khas Cina). Teksturnya lentur, berwarna putih kekuningan. Dijual di pasar tradisional. Dapat diganti dengan kulit kembang tahu kering, yang direndam sebentar hingga lentur.

Untuk 6 porsi
Kalori per buah: 200 kal

[Dari femina 20 / 2009]

Cap Cay


BAHAN:
3 sdm minyak wijen, untuk menumis
6 siung bawang putih, cincang halus
100 g fillet dada ayam, potong dadu 1 cm
100 g hati ampela ayam, iris tipis
100 g udang ukuran sedang, kupas, potong dua bagian
2 buah (100 g) wortel, kupas, iris serong tipis
1 ikat (100 g) sawi hijau, sobek kasar
100 g sawi putih, potong-potong 3 cm
100 g bunga kol, petiki kuntumnya
100 g jagung putren, iris serong tipis
200 ml air
100 g bakso sapi, iris bulat tipis
100 g kekian, siap pakai, iris serong tipis*)
5 sdm saus tiram
1 sdt garam
1 sdt merica bubuk
1 sdt gula pasir
2 sdm tepung kanji, larutkan dalam 50 ml air

CARA MEMBUAT:

  • Panaskan minyak wijen, tumis bawang putih hingga harum. Masukkan daging ayam, hati ampela, dan udang, masak hingga setengah matang.
  • Masukkan wortel, sawi hijau, sawi putih, bunga kol, dan jagung putren, aduk rata. Tuang air, masak hingga hampir matang.
  • Tambahkan bakso sapi dan kekian, aduk rata. Masukkan saus tiram, garam, merica bubuk, dan gula pasir, aduk rata hingga matang.
  • Tuangi larutan kanji, masak sejenak hingga kuah mengental, angkat. Sajikan.

*) Kekian: Adonan siap pakai, yang dibuat dari campuran udang dan kepiting. Dijual dalam lemari pendingin di pasar swalayan.

Untuk 6 porsi
Kalori per buah: 250 kal

[Dari femina 30 / 2009]

Kentang Woku


BAHAN:
3 sdm minyak untuk menumis
2 batang serai, ambil putihnya, memarkan
6 lembar daun jeruk purut, buang tulang daunnya
125 ml air
5 buah tomat hijau, masing-masing potong 6 bagian
20 buah cabai rawit hijau utuh, memarkan
500 g kentang rendang, rebus, kupas, potong 2
50 g daun kemangi, petiki daunnya
2 sdm air jeruk nipis
1 1/2 sdt garam

Bumbu, haluskan:
10 butir bawang merah
6 buah cabai merah besar
1 sdm jahe cincang
1 sdm kunyit, bakar, cincang
6 butir kemiri, goreng

CARA MEMBUAT:

  • Panaskan minyak, tumis bumbu halus, serai, dan daun jeruk hingga harum dan matang. Tuangi air, aduk rata.
  • Masukkan tomat hijau, cabai rawit, dan kentang, masak hingga kuah mengental.
  • Masukkan semua sisa bahan, aduk rata. Angkat. Sajikan.

Untuk 6 porsi
Kalori per porsi: 144 kal

[Dari femina 15 / 2009]

Sumber: http://www.femina-online.com

Bakwan Aneka Jamur


BAHAN:
2 sdm minyak untuk menumis
150 g jamur merang, iris tipis
150 g jamur kuping, rendam air panas, iris tipis
100 g jamur tiram, iris tipis
200 g tepung terigu serba guna
20 g tepung beras
10 g tepung sagu
3/4 sdt garam
1/2 sdt gula pasir
1/2 sdt merica bubuk
1 sdm daun ketumbar, iris halus
3 buah cabai merah besar, cincang halus
1 buah (100 g) bawang bombay, cincang halus
1 sdm kecap ikan
2 butir telur ayam, kocok lepas
250 ml air
Minyak untuk menggoreng

CARA MEMBUAT:

  • Panaskan minyak, tumis semua jamur hingga layu, angkat. Sisihkan.
  • Aduk rata semua tepung, garam, gula pasir, dan merica bubuk. Tambahkan jamur tumis, daun ketumbar, cabai, bawang bombay, dan kecap ikan. Aduk rata. Masukkan telur dan air, aduk rata.
  • Ambil 50 ml adonan, goreng dalam minyak banyak dan panas hingga matang berwarna kecokelatan. Angkat, tiriskan.

Untuk 24 buah
Kalori per buah: 84 kal

Sumber: http://www.femina-online.com/

Manajemen Emosi Wanita


Allah berfirman: “Dan bergaullah bersama mereka (istri) dengan cara yang patut (diridhai oleh Allah). Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa:19). Bila para pakar merasa kewalahan dan kebingungan untuk secara cermat dan pasti memahami hakikat manusia, seperti ekspresi Dr. Alexis Karel melalui bukunya Man is The Unknown yang menggambarkan akhir pencariannya pada frustasi, keputus-asaan dan jalan buntu dalam memahami hakikat dan perilaku manusia, maka tentunya manusia sendiri akan lebih sulit lagi meraba kejiwaan wanita yang pada aktualisasi emosinya bagaikan gelas-gelas kristal yang memiliki banyak dimensi, segi dan sudut sebagai bagian estetikanya namun pada saat yang sama secara embodied ia bersifat rawan pecah (fragile) perlu perlakukan lembut dan sensitif yang dalam bahasa Arab kaum wanita sering diistilahkan sebagai al-jins al-lathif (jenis lembut) terutama menyangkut dinamika kejiwaan, relung-relung emosional dan lika-liku perasaannya. Dalam kodrat wanita terutama yang menyangkut emosinya yang demikian itu sebagai kelebihan sekaligus dapat pula berpotensi menjadi kekurangannya kadang kaum wanita sendiri sering salah paham dan sulit memahami dirinya apalagi mengendalikan dan mengelola emosinya secara baik. Padahal secara kodrati penamaan wanita sebagai terjemahan dari an-niswah dalam bahasa jawa merupakan kependekan dari wani ditata yang berarti berani ditata atau dikelola. Dengan demikian sebenarnya manusia itu sendiri sudah merasakan kodrat hidup dan apa yang dialaminya, sudah menangkap adanya sesuatu yang menjadi fitrah dan takdirnya sebagaimana Allah ungkapkan hal itu pada surat al-Qiyamah: 14. Namun secara empiris manusia lebih suka mencari jati dirinya di luar dirinya, lebih cenderung mencari faktor, oknum dan kambing hitam selain dirinya dengan menutup, menipu dan membodohi diri sendiri. Oleh karenanya Allah Sang Khalik mengingatkan umat manusia untuk melihat ke dalam, mengaca diri dan jujur pada diri sendiri sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan kekurangan dan kelebihannya tanpa dinodai upaya manipulasi dan distorsi. (QS. Adz-Dzariyat:21) Ayat di atas sangat erat dan lekat dengan pasangan suami istri sebagai pesan pertama pernikahan. Ayat ini begitu agungnya melandasi ikatan perkawinan sehingga dicantumkan di halaman pertama buku nikah sebagai wasiat ilahi hubungan suami istri yang harus dilandasi kepada kesadaran tenggang rasa, ngrekso dan ngemong satu sama lain yang merupakan bahasa lain dari pengendalian perasaan dan manajemen emosi dalam rumah tangga. Rasulullah bersabda: “Terimalah wasiat tentang memperlakukan kaum wanita (istri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang melekuk. Dan sesuatu yang paling melekuk itu adalah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya secara paksa tanpa hati-hati, maka kalian akan mematahkannya. Sedang jika kalian membiarkannya, maka ia akan tetap melekuk. Oleh karena itu, terimalah wasiat memperlakukan wanita dengan baik.” (HR. Ahmad dan Al-Hafidz Al-Iraqi). Pada riwayat lain dari hadits ini dijelaskan, bahwa sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk berlekuk. Jika kalian mencari kenikmatan darinya, maka kalian akan mendapatkannya. Sedangkan di dalam dirinya masih tetap ada sesuatu yang melekuk. Di mana jika kalian hendak meluruskannya, maka kalian akan mematahkannya. Patah di sini berarti perceraian. (HR. Muslim). Syeikh Waliyullah Ad-Dahlawi dalam Hujjatullah al-Balighah (II/708) menjelaskan makna hadits di atas ialah: “terimalah wasiat dariku (rasulullah) dan gunakan untuk memahami wanita (isteri). Karena pada penciptaannya terdapat sesuatu yang ‘melekuk’. Sebagaimana lazimnya setiap sesuatu akan mewarisi sifat dasarnya. Jika seseorang ingin mengarungi bahtera rumah tangga bersama pasangannya, maka ia harus siap untuk mentolerir dan memaafkan perkara-perkara sepele yang terjadi dan menahan amarah karena sesuatu yang tidak disukainya.” Dalam hal itu, Rasulullah saw tidak bermaksud memvonis bahwa wanita itu adalah makhluk yang berperangai buruk. Beliau hanya ingin menyampaikan fakta, fenomena dan realitas nyata agar kaum pria bersikap realistis dan siap berinteraksi, bergaul dengan mitra hidupnya dan bagi kaum wanita agar dapat mawas diri. Artinya, jika dalam diri istrinya didapati suatu letupan maupun ledakan emosi, serta menyaksikan ekspresi maupun luapan perasaan yang tidak berkenan di hatinya, maka ia akan menghadapinya dengan sabar dan bermurah hati, tanpa bersikap reaktif dan terpengaruh amarah sehingga menumbuhkan kebencian dan rasa muak, namun ia justru akan melihat sisi baik mitranya. Karena ia hanyalah seorang manusia yang mempunyai sisi baik dan sisi buruk sebagaimana dirinya. Karena itu, Rasulullah bersabda: “seorang mukmin hendaknya tidak membenci mukminat hanya karena satu perangai yang dianggap buruk. Sebab, jika ia membenci satu perangai, maka pastilah ada perangai lain yang akan ia sukai.” Sejarah tidak pernah menjumpai dalam satu agama atau tradisi mana pun, suatu ajaran yang begitu care, apresiatif dan menghargai kodrat dan hak-hak wanita melebihi doktrin ajaran Islam. Adakah hikmah dibalik kehendak Allah menciptakan wanita dalam keadaan demikian? Memang, Allah tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia (QS. Ali-Imran: 191) dan Dia mengamanahkan kepada kaum wanita tugas-tugas penting dan sensitif seperti hamil, menyusui dan mendidik anak. Untuk itu Allah saw mempercayakan kepada mereka sifat-sifat dan pemberian yang sesuai tugasnya, yang berbeda dari sifat kaum pria dan pembawaannya. Dr. Frederick mengatakan bahwa kaum wanita mengalami proses stagnasi yang tidak hanya terjadi pada perubahan fisiknya saja, melainkan juga pada tabiat dan keadaan psikisnya. Karena seandainya ia tidak memiliki emosi dan sifat kemanjaan anak-anak, maka pastilah ia tidak mampu menjadi ibu yang baik. Ia bisa dipahami anak-anak karena perasaannya yang masih terdapat unsur kekanak-kanakan. Menurutnya, ia akan tetap seperti anak-anak dalam kemanjaan dan emosinya, bahkan dalam perkembangannya wanita lebih banyak bersifat kekanak-kanakan. Kelembutan hatinya dan sensitivitas perasaannya cenderung semakin bertambah lebih cepat dibanding daya pikirnya. Praduga, perasaan dan emosinya lebih banyak dipakainya daripada rasionya. Karena ia terkondisikan untuk lebih banyak bersikap pasif daripada bersifat aktif dan lebih banyak menerima dengan sikap pasrah daripada bersikap menguasai. Ia secara kodrati tercipta untuk berada di tengah anak-anak dan suami. Demikianlah posisinya dalam keluarga, yaitu pada titik sentral, untuk menjaga keharmonisan anggota keluarga dengan segala kecenderungan masing-masing. (Hayatuna al Jinsiyah, hal. 70). Jika suami mampu memahami, maka ia akan menerima kenyataan dan mendapat kesenangan dari istri dalam batas-batas fitrahnya. Tetapi, jika ia tidak mampu memahaminya, maka ia akan berusaha menjadikan istrinya berbuat sesuai dengan ego kelaki-lakiannya, dari segi berfikir, sehingga mungkin ia akan gagal. Mungkin saja ia akan menghancurkan keluarganya, tempat di mana ia menyandarkan hidupnya. Karena ia menuntut hal mustahil di luar kodratnya. Oleh karenanya, Nabi saw berusaha mengingatkan suami agar hendaknya mendampingi, membimbing, mendidik dan tidak menjatuhkan hukuman dan vonis kepada istrinya hanya karena memiliki suatu sifat yang jelek, sebab ia pun demikian. Syeikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Rakaiz al Iman Bayna al Aqlu wa al Qalbu, menegaskan bahwa Islam adalah agama yang agung, rahmatnya telah menyentuh kaum wanita dan melindunginya dari kesewenangan kaum pria. Ia telah memerdekakan perikemanusiaannya, baik jiwa maupun raga. Islam mengajarkan kepada pemeluknya mengenai posisi dan jati diri wanita untuk mengemban tugas dan fungsi keberadaannya. Oleh karena itu, mereka sebaiknya menjaga dan mengelola nilai-nilai kewanitaan yang ada pada diri mereka untuk menghadapi perlakuan yang dapat membuat mereka melepaskan eksistensi biologis dan psikologisnya. Ketika fenomena dan realitas kewanitaan ini dipungkiri akan terjadi disharmoni dalam kehidupan keluarga dan masyarakat karena tidak mengindahkan sunnatullah. Oleh karena itu Rasulullah saw berpesan: “Sesungguhnya kaum wanita itu adalah saudara kaum pria, maka sayangilah mereka sebagaimana kalian menyayangi diri kalian sendiri.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Islam telah mengangkat harkat dan derajat kaum wanita serta menjadikan mereka sebagai saudara yang sejajar dengan kaum pria. Syariat Islam telah memelopori pengibaran bendera kesetaraan gender dengan menjadikan kaum wanita sebagai mitra suami dalam mengelola keluarga dan masyarakat. Kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi wanita ini merupakan kunci pertalian cinta kasih pasangan suami istri yang menjadi jembatan menuju keluarga sakinah (QS.Ar-Rum:21). Dengan itu Allah menumbuhkan benih cinta di hati suami-istri sehingga dapat mendorong untuk menunaikan hak dan kewajiban masing-masing dalam bentuk yang paling sempurna tanpa ada perasaan tekanan dan kesan paksaan. Cinta suci tersebut merupakan perasaan tulus yang mendalam tanpa kedustaan dan kepura-puraan serta merasuki hidup sepanjang hayat. Nabi saw. pernah mengungkapkan kenangan cintanya pada Khadijah, “aku sungguh telah mendapatkan cinta sucinya.” (HR. Muslim). Hal ini bukan berarti tumbuh secara tiba-tiba tanpa adanya upaya menanam dan merawat benih cinta, karena beliau memulai perkawinan dengan perasaan simpati yang netral. Namun benih cinta kasih pasangan suami istri yang shalih ini cepat tumbuh berkembang secara subur sebagai buah dari pergaulan yang baik (mu’asyarah bil ma’ruf), kesetiaan, akhlaq setia, saling memberi dan menerima dengan tenggang rasa yang tinggi. Bukankah doktrin ta’aruf dalam Islam adalah untuk menuju tawasahu bil haqqi dalam atmosfir toleransi dan kesabaran terhadap watak masing-masing. Dengan sikap demikian maka suami istri menikmati kehidupan bersama yang baik dan menyenangkan.

Dalam manajemen emosi wanita untuk memperlakukan gelas-gelas kristal ini secara hati-hati dan lembut – agar tetap terawat dalam keindahannya dan dapat menikmati kebersamaan dengannya dengan kondisi tetap utuh bening berkilau – maka Islam menganjurkan suami berlemah lembut kepada istri (An-Nisa:19). Menurut Syeikh Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar, ayat ini berarti, “wajib bagi kalian kaum mukmin untuk mempergauli istri-istri kalian dengan baik, yaitu menemani hidup dan mempergauli mereka dengan ma’ruf yang lazim dan berkenan di hati mereka serta tidak melanggar aturan syariat, tradisi dan kesopanan. Karena itu, mempersempit jatah nafkah, menyakiti fisik dan perasaan pasangan dengan perbuatan dan perkataan, sikap dingin dan masam, semua itu tidak termasuk pergaulan yang ma’ruf.”

Dalam konteks perlakuan baik terhadap istri dan keluarga, Rasulullah saw pernah memantang para suami dengan sabdanya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya (keluarganya) dan aku adalah sebaik-baik orang terhadap istriku (keluargaku).” (HR. Ibnu Majah).

Pada dasarnya, rumah tangga itu ditegakkan atas dasar mawaddah (kasih asmara), yakni hubb (cinta kasih). Cinta yang tulus akan memotivasi sikap kooperatif, kompromistis, dan apresiatif yang saling mementingkan pasangannya, sehingga masing-masing akan memberikan hak pasangannya melebihi kewajibannya, dan tidak hanya menuntut haknya sendiri. Namun untuk itu, suami-istri harus bersabar atas kelemahan dan kekurangan bahkan kesalahan masing-masing pasangannya. Dalam Tafsir Al-Manar menjelaskan maksud ayat dari surat An-Nisa:19 adalah bahwa, “kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, karena suatu cacat pada fisik atau wataknya yang tidak termasuk kategori dosa karena urusan itu di luar kekuasaannya, atau kurang sempurna dalam melaksanakan kewajibannya dalam mengatur dan mengurusi rumah tangga, karena tidak ada orang yang sempurna, atau ada kecenderungan dalam hatimu pada selain pasanganmu, maka bersabarlah dan jangan gegabah menjatuhkan keputusan dan vonis pada mereka dan jangan tergesa menceraikan mereka, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Manajemen emosi dengan baik dalam arti bersabar atas tabiat dan keadaan kodratinya bahkan perilaku pasangan dengan tetap mentarbiyah dengan ihsan dalam dinamika keluarga akan membuahkan sikap cinta yang tulus, murni dan tanpa dibuat-buat. Senyuman, belaian dan perlakuan kasih yang diberikan adalah tulus ibarat merekahnya bunga alami dan bukan seperti senyuman basa-basi bagaikan merekahnya bunga imitatif atau bunga plastik. Sesuatu kebajikan dan sikap baik harus tumbuh dari kesadaran nurani yang ikhlas bila ingin mendapatkan timbal balik yang tulus. Kebaikan dan kebahagiaan pasangan tidak dapat dijamin hanya dengan nafkah lahir materi, namun justru perlakuan dan sikap sehari-hari yang simpatik adalah yang lebih efektif dalam menggaet hati pasangan dan akan memaklumi segala kekurangan fisik dan materi yang ada. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan orang hanya dengan harta kalian, namun kalian akan dapat memuaskan orang dengan tatapan simpatik dan akhlaq yang baik.”

Keahlian manajemen emosi ini kita dapat melihat pada perilaku dan pola hubungan suami istri pada zaman Rasulullah saw. Kita melihat bagaimana Aisyah ra., ketika sedang emosi dan merasa jengkel terhadap Nabi saw, maka beliau tidak mengumbarnya, tetapi hanya diekspresikan melalui gaya bahasa yang berubah lain dari kebiasaan ketika sedang suka dan Nabi pun tanggap dengan cepat menangkap isyarat ketidaksukaan istrinya tersebut serta menyikapinya dengan penuh kesabaran dan introspeksi. Suatu hari Rasulullah saw mengatakan kepada istrinya, Aisyah ra, “saya sangat mengenal, jika kamu sedang suka padaku maupun jika kamu sedang jengkel.” Lalu Aisyah bertanya, “bagaimana engkau dapat mengetahuinya?” beliau menjawab, “jika kamu sedang suka, maka kamu menyatakan (dalam sumpah) ‘tidak, demi Rabb Muhammad’, namun jika kamu sedang jengkel, menyatakan, ‘tidak, demi Rabb Ibrahim’. (HR. Muslim).

Sikap demikian bukan merupakan kekurangan Aisyah, justru merupakan kelebihannya dalam mengelola emosi sehingga tidak melanggar norma kesopanan dan menggoyang keharmonisan keluarga. Sehingga Imam Muslim memasukkan hadits tersebut dalam judul ‘fadlu (keutamaan) Aisyah’ dari Bab Fadhail Shahabah.

Manajemen emosi di sini bukan berarti mematikan dan membekukan perasaan, tetapi justru kaum wanita harus dapat bersikap ekspresif, komunikatif dan proaktif, baik terhadap suami maupun keluarga. Dengan demikian, akan terbangun komunikasi sehat yang lancar tanpa ada sumbatan dan hambatan apapun. Inilah yang menyehatkan hubungan dalam rumah tangga. Sebagaimana aliran air dan tekanan udara yang terhambat, tersendat ataupun tersumbat akan beresiko mendatangkan malapetaka.

Di samping itu, dalam manajemen emosi diperlukan sikap arif kaum wanita untuk tidak memancing ego dan emosi suami untuk menggunakan kekerasan karena kejengkelan dan kebenciannya yang memuncak, sehingga dapat mematahkan tulang yang berlekuk tadi, atau memecahkan gelas kristal yang berdimensi tersebut. Artinya, bila tidak ingin dipatahkan atau dipecahkan, maka jangan menempatkan diri pada posisi menantang, melintang atau sembarangan sehingga mengundang perlakuan semena-mena atau kasar. Ibarat air maka sebenarnya yang dibutuhkan adalah alirannya dalam ketenangan dan kejernihannya sehingga dapat menghanyutkan perasaan pasangan dan mengalir ke satu arah dan bukan gemuruh riak yang memuakkan ataupun bukan ketenangan air yang menggenang yang membawa penyakit ataupun kotoran.

Pribadi yang shalihah adalah yang dapat mengelola emosi menjadi sebuah potensi yang membangun dan bukan merusak, merekatkan dan bukan meretakkan, mengokohkan dan bukan merobohkan serta mudah memberikan toleransi atau maaf pada orang lain. Sifat ini merupakan salah satu kunci kebahagiaan, kebaikan dan kelestarian rumah tangga. Allah berfirman: “dan orang-orang yang menahan amarah (emosi)nya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:134)

Wallahu A’lam Wa Billahit Taufiq wal Hidayah.

Oleh: Dr. Setiawan Budi Utomo

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Oseng Ikan Asin Petai Pedas


Foto: Fadoli Barbathully

Bahan:

200 gr ikan asin cucut, peda/jambal, potong-potong seduh lalu goreng
1 papan petai, ambil dagingnya
1 bh bawang bombai, iris tipis
2 btg daun bawang, potong-potong
1 bh tomat, potong-potong
2 bh tomat hijau, potong-potong
8 bh cabai rawit, iris tipis
3 bh cabai merah, iris miring
1 sdt air asam jawa
1 btg serai, memarkan
2 sdm kecap manis
100 ml air
3 sdm minyak untuk menumis

Cara Membuat:

1. Tumis bawang bombai, bawang putih, daun bawang, lengkuas, cabai merah, cabai rawit dan petai sampai harum.
2. Tambahkan ikan asin goreng dan tomat, aduk rata.
3. Tuang air, kecap dan air asam jawa, masak sampai air berkurang. Angkat lalu hidangkan dengan nasi hangat.

Untuk 5 orang

Resep: Erwin Kuditawati

Foto : Fadoli Barbathully Penata saji: Popy Fitria Uji Dapur: Klub Nova

Ayam Goreng Manis


Foto: Adrianus Adrianto

Bahan:

1 ekor ayam, potong jadi 12 bagian
3 sdm Blue Band
2 sdt kecap asin
2 sdt kecap inggris
4 sdm kecap manis
2 bh jeruk limau belah 2, ambil airnya

Bumbu Halus:

2 cm jahe
3 siung bawang putih
1 sdt lada
1/2 sdt garam

Cara Membuat:

1. Lumuri ayam dengan bumbu halus. Biarkan selama 15 menit.
2. Lelehkan Blue Band, goreng ayam sampai matang dan berwarna kecokelatan.
3. Masukkan kecap asin, kecap inggris, dan kecap manis, aduk sampai mengental.
4. Masukkan ayam goreng dan beri air jeruk limau, aduk rata.

Untuk 6 orang

Resep: Nuraini W

Penata Saji: Poppy Fitria

Foto: Adrianus Adrianto

http://www.tabloidnova.com

Tumis Kailan Cumi


Foto: Adrianus Adrianto

Bahan:

1 sdm Blue Band
1 sdt minyak wijen
4 siung bawang putih, memarkan cincang halus
100 gr bawang bombai, iris kasar
1 cm jahe memarkan, cincang halus
300 gr cumi bersihkan, potong persegi kerat-kerat
400 gr daun kailan, bersihkan

Bumbu: (aduk rata)

½ sdt lada
½ sdt garam
1 sdm saus tiram
2 sdt kecap inggris
2 sdt gula pasir
1 btr telur
50 ml air

Cara Membuat:

1. Lelehkan Blue Band, tumis bawang putih, bawang bombai dan jahe hingga harum.
2. Masukkan cumi, masak sampai cumi bergulung dan berubah warna, tambahkan campuran bumbu, aduk rata.
3. Masukkan daun kailan dengan api besar masak sampai semua bahan matang.
4. Terakhir masukkan minyak wijen, angkat. Sajikan.

Untuk 3 orang

Resep: Nuraini W

Penata Saji: Popy Fitria

Foto: Adrianus Adrianto

Sumber: http://www.tabloidnova.com

Tahu Isi Telur


Foto: Ahmad Fadilah

Bahan:

250 gr tahu putih
200 gr udang cincang
20 gr tepung sagu
1 btr telur
1 sdt garam
½ sdt lada
4 bh bawang merah, haluskan
2 btg daun bawang iris halus
1 btg seledri, cincang
20 btr telur puyuh, rebus hingga matang
minyak secukupnya untuk menggoreng

Saus Cocolan:

50 ml kecap manis
1 sdm petis udang
3 siung bawang putih, iris, goreng
5 bh cabai rawit merah
½ sdt garam

Cara Membuat:

1. Tahu: haluskan tahu, campur dengan udang, tepung sagu, telur, garam, lada, bawang merah halus, daun bawang, dan seledri. Aduk rata.
2. Siapkan cucing kecil, olesi dengan minyak, taruh 1 sdt adonan tahu, beri 1 btr telur, tambahkan 1 sdt adonan tahu, ratakan sampai cucing penuh. Kerjakkan sampai semua bahan selesai.
3. Kukus tahu dalam dandang panas, selama 30 menit , angkat, sisihkan.
4. Panaskan minyak, goreng tahu sampai berwarna kuning kecokelatan. Angkat, tiriskan.
5. Saus Cocolan: haluskan bawang putih, cabai rawit, dan garam. Campurkan dengan petis udang dan kecap manis, aduk rata.
6. Sajikan tahu dengan Saus Cocolan.

Untuk 6 orang

Resep: Nuraini W, Uji Dapur: Tri SW, Penata Saji: Popy Fitria, Foto: Ahmad Fadilah

Sumber: http://www.tabloidnova.com